TEMPO.CO, Jakarta - Bekas Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Rizal Ramli menyebut calon presiden inkumben Joko Widodo lebih banyak mempertahankan dan mengampanyekan program yang telah dikerjakannya dalam Debat Calon Presiden Kedua di Hotel Sultan, Jakarta, Ahad malam, 17 Februari 2019.
Baca: Rizal Ramli Sebut Menkeu Sri Mulyani SPG Bank Dunia
"Hanya saja, selama 4 tahun terakhir janji kampanye tentang kedaulatan pangan semakin jauh dari jangkauan. Semakin sulit untuk tercapai," ujar Rizal dalam keterangan tertulis yang diterima Tempo, Senin, 18 Februari 2019.
Apalagi, menurut dia, Jokowi masih banyak fokus kepada stabilitas harga. Karena itu, Rizal memprediksi kebijakan impor pangan masih akan tetap menjadi strategi penting dari pemerintahan Jokowi. Belum ada pergeseran strategi anyar kecuali mengulang praktek-praktek lama.
"Apalagi kebijakan impor yang jor-joran tersebut ditunggangi oleh kartel pemburu rente. Jokowi sama sekali mengabaikan pemburu rente tersebut dalam merusak kedaulatan pangan Indonesia," kata Rizal Ramli.
Di sisi lain, Rizal menilai penantang Jokowi, Prabowo Subianto, juga masih belum secara detail menyampaikan gagasannya soal kebijakan pangan. Namun, menurut dia, komitmen Prabowo dalam menciptakan kedaulatan pangan menjadi kenyataan sangat tegas dan jelas. "keberpihakannya kepada kepentingan petani pangan, petani kebun, dan nelayan, sangat kuat," kaya dia.
Sebelumnya, soal pangan sempat dibahas dalam debat semalam. Jokowi mengatakan bahwa jumlah produksi beras terus meningkat setiap tahun. Dia mencontohkan pada 1984, ketika swasembada beras terjadi, jumlah produksi mencapai angka 28 juta ton per tahun.
Jokowi mengatakan sedangkan sepanjang 2018 kemarin produksi beras telah mencapai angka 33 juta ton beras. Adapun jumlah konsumsinya hanya mencapai angka 29 juta ton. "Artinya apa? Ada stok, ada surplus sebanyak hampir 3 juta ton atau 2,8 juta ton. Apa artinya? Saat ini sebetulnya sudah surplus," kata Jokowi dalam acara debat capres Kedua di Hotel Sultan, Ahad, 17 Februari 2019.